Selasa, 07 Maret 2017

PERKEMBANGAN E-COMMERCE DALAM BIDANG AGRIBISNIS

PERKEMBANGAN E-COMMERCE DALAM BIDANG AGRIBISNIS

1.        Indonesia Adalah Negara Agraris
Sejak lama Indonesia dikenal sebagai Negara agraris. Indikator yang mendukung pernyataan ini adalah, antara:
1)   Indonesia berada di daerah katulistiwa yang menyebabkan adanya tanaman pertanian sepanjang tahun.
2)   Luas lahan pertanian di Indonesia yang relatif luas, yaitu sekitar 54,76 juta ha Yang berperan besar dalam mendukung pangan Indonesia.
3)   Sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang dinilai masih relatif tinggi, yaitu sekitar 13,4% pada tahun .2005 (walaupun berkecenderungan menurun).
4)   Sektor pertanian yang mampu menyerap banyak angkatan kerja, yaitu yaitu sekitar 42,3 juta atau 44,5% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia. Karena itu sektor pertanian sering dipakai sebagai salah satu instrumen kebijakan pengurangan kemiskinan.
5)   Sektor pertanian yang mampu menyediakan pangan dan bahkan pernah berswasembada beras pada tahun 1984.
6)    Sektor pertanian yang mampu menyediakan keragaman menu pangan, dan karena sektor ini mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi masyarakat.
7)   Sektor pertanian ternyata mampu mendukung sektor industri, baik di hulu (proses produksi) maupun di hilir (pasca produksi).
8)   Sumbangan nilai ekspor produk pertanian (termasuk perikanan dan kehutanan) yang relatif besar sehingga mampu menyumbang devisa negara. Ekspor produk pertanian sekitar US$ 3,4 milyar pada tahun 2006.
9)   Keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lain menyebabkan mampunya sektor pertanian mendorong munculnya industri baru, kesempatan kerja baru dan sumber pendapatan yang baru juga.
Indonesian adalah negara agraris yang mempunyai sektor pertanian yang luas. Sektor pertanian yang luas tersebut menjadikan penduduk indonesia mempunyai peluang yang besar untuk melakukan bisnis dalam bidang pertanian. Berbisnis dibidang pertanian atau biasa disebut dengan agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). 
Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian. 
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. 

2.        Perkembangan Teknologi
          Dewasa ini perkembangan tekhnologi informasi begitu pesar. Sebut saja perkembangan telepon atau telepon seluler dan internet, keberadaannya memberikan pengaruh bagi bernagai aspek kehidupan. Baik kehidupan secara individu, sosial maupun yang terkait dengan dunia usaha atau bisnis. Selain mempermudah dan mempercepat proses komunikasi dan informasi, teknologi informasi juga dimanfaatkan dalam kegiatan usaha atau bisnis. banyak alat komunikasi dan informasi yang digunakan dalam kegiatan dunia usaha, seperti penggunaan telepon, fax, sms, email, wevsite dan lain-lain sehingga munculah istilah “e-commerce”. (electronic commerce) adalah proses transaksi jual beli dengan menggunakan alat elektronik, seperti telepon dan internet.
Soekartawi (2003) menyatakan bahwa akibat adanya perubahan global melahirkan tekhnologi yang mempengaruhi berbagai aspek sosial, ekonomi dan politik masyarakat, maka sektor pertanianpun juga mengalami dampaknya. Sehingga terjadilah transfotmasi struktural di sektor pertanian di Indonesia. Beberapa ciri terjadinya perubahan atau transformasi struktural sektor pertanian ini, dapat dilihat dari kenyataan sebagai berikut, yaitu: Keterkaitan sektor pertanian dan sektor nonpertanian yang semakin tinggi, daerah pedesaan yang semakin terbuka, ciri berusahatani juga mengalami perubahan dimana yang dahulunya di kenal adanya usahatani subsisten/tradisional yang berorientasi pada produksi, berubah menjadi usahatani komersial yang berorientasi pada prinsip-prinsip efisiensi dan nilai tambah dan Munculnya Information and Communication Technology (ICT) yang berkembang di hampir semua kehidupan, termasuk di kegiatan di sektor pertanian, menyebabkan siapa yang mampu menyerap informasi dan menguasai teknologi terlebih dahulu yang akan lebih banyak diuntungkan.
Pengaruh globalisasi yang dicirikan oleh dampak ICT terhadap sektor pertanian itulah maka kini terjadi perkembangan e-Agriculture. Begitu pula, karena perkembangan sektor pertanian bukan saja terjadi di hulu (saat proses produksi), namun juga di hilir (saat pasca produksi), maka baik e- Agriculture maupun e-Agribusiness juga semakin cepat berkembang. Negara-negara yang berbasis pertanian lain, seperti China dan India dan negara lainnya, sudah mempratekkan pemanfaatan ICT untuk mengangkat sektor pertanian ini. Namun di Indonesia pemanfataan ICT di bidang pertanian masih belum begitu populer.

3.        e-AGRIBUSINESS
Agribisnis lazimnya didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan mulai proses produksi, panen, pasca panen, pemasaran dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pertanian tersebut (Soekartawi, 2003). Karena peran ICT juga merambah pada kegiatan pertanian, maka muncullah istilah e-Agriculture dan e-Agribusiness. Jadi e- Agriculture dan e-Agribusiness pada dasarnya adalah pemanfaatan ICT dalam bidang pertanian atau bisnis di bidang pertanian. Dengan kata lain e- Agribusiness adalah e-business di bidang pertanian. Definisi serupa juga disampaikan oleh Ingale et al. (2007)
E-Agribisnis’ adalah e-Commerce atau e-business di bidang bisnis pertanian. Lantas apakah itu ‘ebusiness?’ Ditinjau dari kata ’e’ (elektronika) dan ’business’ (bisnis), maka pengertian e-business dapat diartikan sebagai kegiatan bisnis melalui jasa elektronika. Karena kegiatan bisnis itu pada dasarnya adalah trasaksi barang dan jasa, maka ebusiness adalah transaksi barang dan jasa dengan menggunakan jasa elektronika. Bila komoditasnya pertanian, maka sering digunakan istilah e- Agribusiness. Karena perkembangan teknologi yang begitu besat, maka penggunaan jasa elektronika dalam bisnis juga berkembang secara pesat. Antara lain, dari teknologi audio dan video ke teknologi komputer; kemudian kini berkembang menuju teknologi web atau internet. Pengertian ‘Teknologi Web atau Internet’ dalam perdagangan sering pula dikenal dengan nama ‘On-line Trading’ atau ‘Web-based Trading’ (WBT). Cara ini banyak dipakai dalam sistem perdagangan sekarang ini dengan istilah yang lebih dikenal dengan nama ‘e-commerce’. Dalam Web, berbagai fasilitas Data Information Technologies (misalnya: bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration, chatting) dapat dimanfaatkan. Kini, sistem perdagangan yang menggunakan piranti lunak (software) Computer menjadi semakin tersedia, CISCOM, SCORM, ORACLE, EVALUTECH, dsb-nya.


4.        Penerapan E-commerce Untuk Agribisnis di Indonesia
Menurut Anita (2004) dalam thesisnya di Universitas Indonesia yang berjudul Pemanfaatan e-commerce dalam meningkatkan usaha agrbisnis : Sebagai alternatif pemberdayaan Komunitas petani, menunjukkan bahwa pemanfaatan e-commerce untuk produk agribisnis terutama adalah sebagai media promosi, komunikasi dan informasi. Pemanfaatan ini sangat berpengaruh pada keefektifan dan keefisienan proses kerja, jika secara intens dan maksimal dilakukan.
Manfaat yang dirasakan oleh para pelaku bisnis secara langsung dan tidak langsung memberi pengaruh positif pada komunitas petani yang terkait, terutama dari semakin luasnya jalur pemasaran pelaku bisnis yang meningkatkan permintaan produksi dan memacu pengadaan produksi di kalangan komunitas petani, dimana selalu diharapkan untuk meningkatkan produksi dengan standar kualitas yang ditentukan.
Menurut Soekartawi (2006) kegiatan perdagangan (atau transaksi jual-beli) barang dan jasa pertanian melalui media elektronik  efektif, efisien, murah, praktis, alat promosi yang luas dengan tanpa batas, dan dapat dipakai untuk untuk membangun loyalitas pelanggan. E-commerce agribisnis merupakan salah satu diversifikasi pemasaran untuk meningkatkan keuntungan. Disamping itu, aplikasinya berkembang dengan cepat mengikuti perkembangan global bisnis pertanian. Sebaliknya, kelemahan dari e commerce Agribisnis adalah tidak semua pelaku usaha pertanian mempunyai atau terakses fasilitas elektronik dan tidak semua pelaku usaha mengerti e-commerce Agribisnis karena faktor pendidikan dan sosial-ekonominya. Untuk itu, pendampingan dari para pelaku usaha professional sangat diperlukan untuk membantu para pelaku usaha pertanian (petani, peternak, nelayan) menfasilitasi penerapan e commerce sehingga dapat melakukan penjualan produk secara langsung.
Upaya pemanfaatan ecommerce, diharapkan dapat memotong mata rantai distribusi produk pertanan Indonesia, sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Konsepnya adalah, pemotongan mata rantai akan menurunkan harga pokok penjualan dari sisi distribusinya. Umumnya bahan makan pokok akan cenderung mengalami perubahan harga yang signifikan karena berbagai pengaruh. Disisi lain, harga pokok produksi (HPP) produk pertanian tidak mengalami perubahan yang signifikan, sehingga para petani sudah mempunya dasar harga yang harus mereka kenakan agar dapat memporoleh keuntungan.
Diharapkan dengan lahirnya ecommerce produk pertanian, mampu meningkatkan daya saing produk pertanian lokal Indonesia. Salah satu web ecommerce produk pertanian yang sudah didirikan yaitu agrowing.co.id. Dengan mengusung semangat meningkatkan daya saing produk lokal dengan mengurangi mata rantai distribusi produk, agrowing.co.id berupaya secara aktif untuk meningkatkan konektivitas antar stecholder dibidang pertaian agar mampu bersinergi sehingga transfer teknologi dari hasil penelitian di universitas dapat diterapkan pada petani tingkat bawah melalui Dinas Pertanian setempat. Dan membantu pemasaran hasil produk melalui media online.

5.        Perkembangan E-commerce dalam bidang Agribisnis
Bisnis e-commerce telah menjadi bagian penting dari perkembangan internet di Indonesia. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia memperkirakan transaksi jual beli barang melalui internet (e-commerce) dari Indonesia akan menembus angka US$ 10,08 miliar. Rata-rata nilai transaksi belanja online tersebut tumbuh 40 persen setiap tahun (CNN Indonesia, 2014).
Menurut vice chairman & foreign relation Asosiasi E-Coomerce Indonesia (idEA) Agus Tjandra pada penandatangan kerja sama e-commerce antara Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) dan Taipei Computer Association (TCA) di Jakarta menyatakan bahwa total nilai transaksi e-commerce Indonesia pada 2013 mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 94 triliun dan diprediksi terus meningkat hingga mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 283 triliun pada 2016.
Bisnis e-commerce Indonesia juga telah dilirik banyak investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC (Venture Capital) besar seperti Rocket Internet, CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke perusahaan e-commerce yang berbasis di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali, Elevenia, Bukalapak, agrowing.co.id dan masih banyak lagi.
Dalam perkembangan lebih lanjut, maka ecommerce/ e-business ini lebih banyak menggunakan jasa mobile-phone dan internet. Karena itu banyak sekali dijumpai iklan, penawaran dan pembelian barang dan jasa melalui internet. Bahkan banyak pula dijumpai banyak perusahaan yang sudah mempunyai Website sendiri. Pembahasan soal ini juga pernah disampaikan oleh penulis (Soekartawi, 2006, dan Sudaryanto and Soekartawi, 2006). Untuk alasan praktis, maka perkembangan teori e-Agribusiness barangkali dapat dijelaskan:
a.         Kalau kegiatan bisnis menggunakan jasa informasi elektronik, dinamakan e-Business.
b.        Kalau e-Business tersebut sebagian besar (>50%) bergerak di bidang pertanian, maka dinamakan e-Agribusiness.
Kalau disimak lebih lanjut, maka perkembangan e-Agribusiness juga mengikuti kaidah yang umum dipakai untuk menjelaskan teori proses adopsi-inovasi, di mana mereka cepat menguasai informasi, maka mareka itulah yang cepat pula memperoleh kesempatan-kesempatan terlebih dahulu. Apakah itu kesempatan sosial, ekonomi, politik atau lainnya. Dengan kata lain makin besar jarak antara mereka yang menguasai dan yang tidak menguasai informasi (sering dikenal dengan istilah digital divide), makin kurang menguntungkan bagi tujuan pembangunan. Untuk itu digital divide ini perlu dipangkas
e-Agribusiness menjadi penting dan banyak dipakai para businessmen bukan saja untuk produk-produk pertanian tetapi juga produk lain yang berkaitan dengan pertanian, misalnya bidang jasa pertanian (Soekartawi, 2005a dan b).

5.1    Keunggulan e-Agribusiness
Keunggulan e-Agribusiness antara lain adalah karena pertimbangan sebagai berikut:
Mengurangi biaya. Sebagai contoh: Komunikasi bisnis yang semula dilaksanakan dengan menggunakan telpon jarak jauh, fax dan surat-menyurat dapat digantikan dengan mengirim e-mail, chatting sehingga biaya menjadi lebih murah.
Menghemat waktu. Komunikasi dengan caracara lama seperti penggunaan telpon, fax dan surat-menyurat tentu memerlukan waktu yang lama. Maka dengan memanfaatkan internet, apakah itu melalui teknik mengirim e-mail, teknik chatting, maka waktu dapat dihemat.
Mengintegrasikan supply chain secara lebih mudah dan singkat. Dengan memanfaatkan internet, maka betapapun kompleksnya mekanisme perdagangan (misalnya supply chain), dapat disederhanakan dengan mekanisme yang tersedia di internet.
Menjadi ajang promosi yang ‘mendunia’ dengan biaya yang murah. Dengan

5.2    Manfaat internet
Memanfaatkan internet maka perusahaan tersebut menampakkan market exposure yang dapat diketahui oleh masyarakat dunia,
Merupakan diversifikasi pembentukan keuntungan perusahaan. Disamping keuntungan yang dihasilkan dari cara-cara lama yang tidak menggunakan internet, kini ada alternatif baru, yaitu bisnis dengan memanfaatkan internet yang merupakan revenue stream baru.
Memperpendek waktu product cycle. Dengan memanfaatkan internet, maka product cycle menjadi lebih pendek, sehingga proses berbisnis menjadi lebih banyak, dan pada akhirnya keuntungan juga akan lebih besar.
Meningkatkan customer loyality . Dalam bisnis modern, maka masalah kepuasan pelanggan menjadi acuan. Makin loyal pelanggan, makin baik bagi perkembangan perusahaan. Pemanfaatan internet, dalam banyak kenyataan, mampu meningkatkan loyalitas pelanggan ini. Menurut Soekartawi (2002) dalam bukunya ’Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian: Teori dan Aplikasinya’ menyatakan bahwa e-Agribusiness itu adalah suatu alat saja untuk memasarkan produk-produk pertanian melalui keunggulan internet. Karena merupakan alat, maka e-Agribusiness akan berhasil atau tidak, amat tergantung dari:
• Koneksi internetnya (apakah komputernya tersambung dengan internet secara baik dan cepat);
• Kualitas alatnya itu sendiri (software yang dipergunakan dan tampilan serta kelengkapan informasi yang tersedia); dan
• Bagaimana kualitas orang yang mengaplikasikan alat tersebut (sangat tergantung dari kepiwaian orang yang
mengoperasikannya).

5.3  Tiga aktor dalam mekanisme e- Agribusiness
Ada tiga aktor dalam mekanisme e- Agribusiness ini, yaitu peran produsen, peran konsumen dan peran media.
a.        Peran Produsen
Produsen menawarkan produknya melalaui internet. Tentu saja agar promosi penjualan ini dapat menarik minat konsumen, maka peran penampilan, peran kelengkapan informasi yang tersedia, peran kemudahan dan juga peran harga barang menjadi penting.
b.        Peran Konsumen
Sebagai calon pembeli, konsumen berhak untuk memperoleh informasi yang lengkap, agar tidak kecewa dikemudian hari. Informasi ini dapat berupa harga, kualitas, cara pengiriman barang, berapa hari barang dikirim, cara pembayaran, dan sebagainya.
c.         Peran Media
Penampilan informasi di media internet harus disusun dan ditampilkan sedemikian rupa agar menarik perhatian konsumen.
Informasi yang ada di media bukan saja harus lengkap tetapi juga bisa menimbulkan keinginan calon konsumen untuk membeli. Disini peran ahli internet, ahli komputasi dan ahli teknologi informasi menjadi penting. Dalam banyak hal juga tersedia fasilitas ’eshopping’ atau belanja melalui internet. Dalam konteks ini, konsumen yang mau membeli barang, dapat memilih pembelanjaannya atau barangnya melalui cara yang disebut dengan ‘shopping cart (SC)’. Dalam SC ini data barang-barang yang telah dipilih dan akan dibeli dapat disimpan. Berdasarkan data di SC inilah maka konsumen akan membayar.
Dengan demikian teknik pembelian di e- Agribusiness ini mirip dengan kalau kita belanja di pasar swalayan (supermaket). Pembeli mengambil kereta dorong untuk tempat barang-barang yang akan dibeli. Kalau nantinya sudah dekat dengan tempat pembayaran atau pada saat pembayaran, kemudian pembeli tidak jadi membeli, maka barang dikeluarkan dari kereta dorong. Dalam konteks eshopping, hal ini dilakukan dengan melakukan klik ’cancel’. Begitu pula dengan cara pembelian melalui internet. Disitu menggunakan apa yang dikenal dengan istilah ‘shopping cart’, yang biasanya berupa formulir dalam web, dan dibuat dengan kombinasi CGI (Common Gateway Interface), database, dan HTML (HyperText Markup Language).
Barang-barang yang sudah dimasukkan ke ’shopping cart’ masih bisa dikeluarkan dari daftar yang ada di ’shopping cart’ (atau lazim dinamakan di-cancel), manakala pembeli berniat untuk membatalkan membeli barang tersebut. Selanjutnya, bila saja pembeli ingin membayar barang yang akan dibeli, maka pembeli diharuskan mengisi formulir transaksi pembelian. Biasanya formulir ini juga dapat dipakai apakah pembeli akan membayar melalui transfer uang atau melalui kartu kredit. Karena itu di formulir tersebut ada bagian atau kolom yang menanyakan identitas pembeli serta nomor kartu kredit. Agar keamanan dapat dijaga dan kartu kredit tidak disalah-gunakan, maka pelaksana e-Agribusiness senantiasa menjaga kredibilitas. Misalnya, agar informasi yang tertulis di formulir pembelian atau pembayaran tersebut tidak disalahgunakan (bila jatuh ke orang yang tidak bertanggung jawab), maka pihak penyedia jasa e- Agribusiness lazimnya mengusahakan agar pengiriman data pembelian atau pembayaran tersebut berjalan secara aman, dengan menggunakan standar keamanan (security) tertentu. Hal seperti ini memang harus dilakukan. Setelah proses pembayaran selesai, maka kini tiba gilirannya produsen mengirim barang. Hal ini

5.4    Kelemahan e-Agribusiness
 Walaupun e-Agribusiness mempunyai kelebihan atau keunggulan yang luar biasa, namun e-Agribusiness juga mempunyai kelemahankelemahan tertentu. Kelemahan ini, antara lain dapat dituliskan sebagai berikut:
a.         Tidak semua tempat tersambung dengan fasilitas jaringan internet. Jadi masalah tersedianya infrastruktur ini menjadi amat penting.
b.        Tidak semua konsumen dapat melakukan transaksi dengan teknik e-Agribusiness ini. Hal ini disebabkan mungkin karena ketidak-tahuan dan karena melakukan suatu hal yang tidak biasa atau tidak lazim.
c.         Tidak semua tempat tersedia piranti lunak atau software untuk e-Agribusiness ini. Kalaupun juga ada, sering juga masih mahal. Memang kini sudah mulai banyak tersedia software software khusus untuk membuat sistem e-Agribusiness ini, seperti Intershop Online (produk Intershop Communications), Merchant Server (produk Microsoft Corp), Electronic Commerce Suite (produksi iCat), dan sebagainya.
d.        Tidak semua orang mempunyai kartu kredit. Kalau juga mempunyai kartu kredit, kadangkadang banyak konsumen yang masih ragu, karena pertimbangan keamanan. Khawatir kalau informasi kartu kredit yang diberikan akan disalah-gunakan pihak lain yang tidak bertanggung jawab.
e.         Kesulitan yang disebabkan karena ciri produk pertanian itu sendiri, misalnya sifatnya bulky (volumenya besar tetapi nilainya kecil), produknya kadang-kadang musiman, standarisasi antar negara mungkin berbeda, dsbnya.

5.5 Mengatasi Berbagai Kendala dalam e-Agribusiness
Banyak cara untuk mengatasi berbagai kendala dalam e-Agribusiness. Teknologi sepertinya saling berlomba, Ada masalah, ada saja bagaimana caranya mengatasi masalah tersebut. Begitu pula dengan berbagai masalah yang muncul pada e- Agribusiness ini.
a.        Masalah Pembayaran Kini masalah pembayaran yang selama ini diragukan konsumen adalah masalah yang berkaitan dengan apakah ada alternatif pembayaran selain dengan pembayaran melalui kartu kredit. Ada beberapa alternatif pembayaran, yaitu:
  • Mendaftarkan kartu kredit agar kartu kredit tersebut dikenal terlebih dahulu. Jadi pihak penjual juga tidak ragu atas kebsahan kartu kredit tersebut.
  • Membuat e-cash di Internet yang biasanya dibuka sendiri oleh pembeli yang biasanya sering membeli dengan teknik cybershop ini.
  • Mempunyai cash card yang fungsinya hampir sama dengan ATM.
  • Menunjuk Bank tertentu sebagai partner (pembayaran melalui Bank).
b.        Masalah Keamanan Baik penjual/produsen maupun konsumen sering pula dikeluhkan dengan masalah keamanan ini. Karena dalam prakteknya, berbelanja di web memerlukan koneksi ke internet dan mengetahui bagaimana melakukan browsing untuk melaksanakan transaksi elektronik yang aman, dan hal-hal seperti ini tidak atau kurang dipahami. Pada perusahaan besar, mereka mengandalkan pada Microsoft Internet Explorer dan Netscape Navigator. Umumnya, baik Microsoft maupun Netscape, bekerja sama dengan perusahaan kartu kredit (misalnya: Visa atau MasterCard), dan perusahaan-perusahaan internet security seperti VeriSign. Mereka lazimnya telah membuat standar khusus yang membuat transaksi melalui web menjadi sangat aman. Bahkan, Visa dan MasterCard menyediakan jaminan keamanan 100 persen kepada pengguna kartu kreditnya yang digunakan untuk cybershop ini.
c.         Tersedianya e-Agribusiness Tersedianya e-Agribusiness ini belum banyak di Indonesia. Sekarang yang ada barangkali hanya RisTI Shop. Risti, yaitu Divisi Riset dan Teknologi Informasi milik PT. Telkom, menyediakan prototipe layanan e-Business untuk penyediaan informasi produk peralatan telekomunikasi dan non telekomunikasi. Web ini juga telah mendukung proses transaksi secara online.

5.6  Beberapa Kasus Aplikasi e-Agribusiness
e-Agribusiness, walaupun berkembang secara lambat tetapi pasti akan berkembang cepat pada masa mendatang, ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
·      Banyaknya usaha bisnis komoditas pertanian yang sudah memiliki website
·      Banyaknya promosi permintaan atau penjualan komoditas pertanian yang diiklankan di internet,
·      Banyaknya trasaksi jual-beli komoditas pertanian melalui internet.
                                                                                                                             
Tabel 1. Beberapa Contoh Websites untuk Beberapa Bisnis Produk-Produk Pertanian
Komoditas
Pertanian
Alamat Websites
Bunga/Tanamanhias
http://www.tokobungaonline.net,
www.adenium88.indonetwork.co.id,
www.benihkamboja.com,
www.toekangboenga.com,
www.Bonsaikamang,
www.Horties Exotica Nursery,
www.Bonsai Star Gallery,
Obat-obatan Tradisional
www.morinda-house.com,
www. ObatAlami.com,
www. Pusat Obat Tradisional
Sarana Produksi/Umum
www. kiospaktani.com,
www.virginnatural.com,
www.kedai-atamimi,
TokoMesin.com

Tabel 2. Beberapa Nama Agribusiness Network
Agribusiness
Network
Keterangan
AFITA
Asian Federation of Information
Technology in Agriculture
AGRIS
International information system for
agricultural sciences and
technology. Dikoordinasi oleh FAO
sejak 1974.
AGORA
Access to global online research in
agriculture (lebih dari 400 jurnal)
AIMS
Agricultural Information
Management Standards (tukar
menukar berbagai informasi
pertanian).
GeoNETWORK
Geo-NETWORK provides Internet
access to interactive maps, satellite
imagery and related spatial
databases (untuk pertanian juga)
GIEWS
GIEWS (The Global Information
and Early Warning System on Food
and Agriculture provides regular
bulletins on food outlook, food
crops and shortages, food supply
situation and crop prospects,
weather and alerts on a regional or
country-by-country basis.













Daftar Pustaka


Aqsha, D. 2015. Penerapan E-commerce Untuk Agribisnis di Indonesia. http://7farmers.com/index.php/2015/08/25/ecommerce-untuk-pemasaran-produk-pertanian/