PERKEMBANGAN E-COMMERCE
DALAM BIDANG AGRIBISNIS
1.
Indonesia Adalah Negara Agraris
Sejak lama Indonesia dikenal
sebagai Negara agraris. Indikator yang mendukung pernyataan ini adalah, antara:
1) Indonesia berada di daerah katulistiwa yang menyebabkan
adanya tanaman pertanian sepanjang tahun.
2) Luas lahan pertanian di Indonesia yang relatif luas,
yaitu sekitar 54,76 juta ha Yang berperan besar dalam mendukung pangan
Indonesia.
3) Sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yang dinilai masih relatif tinggi, yaitu sekitar 13,4% pada tahun .2005
(walaupun berkecenderungan menurun).
4) Sektor pertanian yang mampu menyerap banyak angkatan
kerja, yaitu yaitu sekitar 42,3 juta atau 44,5% dari jumlah angkatan kerja di
Indonesia. Karena itu sektor pertanian sering dipakai sebagai salah satu
instrumen kebijakan pengurangan kemiskinan.
5) Sektor pertanian yang mampu menyediakan pangan dan bahkan
pernah berswasembada beras pada tahun 1984.
6) Sektor pertanian
yang mampu menyediakan keragaman menu pangan, dan karena sektor ini
mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi masyarakat.
7) Sektor pertanian ternyata mampu mendukung sektor
industri, baik di hulu (proses produksi) maupun di hilir (pasca produksi).
8) Sumbangan nilai ekspor produk pertanian (termasuk
perikanan dan kehutanan) yang relatif besar sehingga mampu menyumbang devisa
negara. Ekspor produk pertanian sekitar US$ 3,4 milyar pada tahun 2006.
9) Keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lain
menyebabkan mampunya sektor pertanian mendorong munculnya industri baru,
kesempatan kerja baru dan sumber pendapatan yang baru juga.
Indonesian adalah negara
agraris yang mempunyai sektor pertanian yang luas. Sektor pertanian yang luas
tersebut menjadikan penduduk indonesia mempunyai peluang yang besar untuk
melakukan bisnis dalam bidang pertanian. Berbisnis dibidang pertanian atau
biasa disebut dengan agribisnis adalah
bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di
sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir"
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan
(food supply chain).
Agribisnis
mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,
pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi
dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan
produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau
pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil
pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
2.
Perkembangan Teknologi
Dewasa ini perkembangan tekhnologi informasi begitu
pesar. Sebut saja perkembangan telepon atau telepon seluler dan internet,
keberadaannya memberikan pengaruh bagi bernagai aspek kehidupan. Baik kehidupan
secara individu, sosial maupun yang terkait dengan dunia usaha atau bisnis.
Selain mempermudah dan mempercepat proses komunikasi dan informasi, teknologi
informasi juga dimanfaatkan dalam kegiatan usaha atau bisnis. banyak alat
komunikasi dan informasi yang digunakan dalam kegiatan dunia usaha, seperti
penggunaan telepon, fax, sms, email, wevsite dan lain-lain sehingga munculah
istilah “e-commerce”. (electronic
commerce) adalah proses transaksi jual beli dengan menggunakan alat
elektronik, seperti telepon dan internet.
Soekartawi (2003) menyatakan
bahwa akibat adanya perubahan global melahirkan tekhnologi yang mempengaruhi
berbagai aspek sosial, ekonomi dan politik masyarakat, maka sektor pertanianpun
juga mengalami dampaknya. Sehingga terjadilah transfotmasi struktural di sektor
pertanian di Indonesia. Beberapa ciri terjadinya perubahan atau transformasi
struktural sektor pertanian ini, dapat dilihat dari kenyataan sebagai berikut,
yaitu: Keterkaitan sektor pertanian dan sektor nonpertanian yang semakin
tinggi, daerah pedesaan yang semakin terbuka, ciri berusahatani juga mengalami
perubahan dimana yang dahulunya di kenal adanya usahatani subsisten/tradisional
yang berorientasi pada produksi, berubah menjadi usahatani komersial yang
berorientasi pada prinsip-prinsip efisiensi dan nilai tambah dan Munculnya Information
and Communication Technology (ICT)
yang berkembang di hampir semua kehidupan, termasuk di kegiatan di sektor
pertanian, menyebabkan siapa yang mampu menyerap informasi dan menguasai
teknologi terlebih dahulu yang akan lebih banyak diuntungkan.
Pengaruh globalisasi yang
dicirikan oleh dampak ICT terhadap sektor pertanian itulah maka kini terjadi
perkembangan e-Agriculture. Begitu pula, karena perkembangan sektor
pertanian bukan saja terjadi di hulu (saat proses produksi), namun juga di
hilir (saat pasca produksi), maka baik e- Agriculture maupun e-Agribusiness
juga semakin cepat berkembang. Negara-negara yang berbasis pertanian lain,
seperti China dan India dan negara lainnya, sudah mempratekkan pemanfaatan ICT
untuk mengangkat sektor pertanian ini. Namun di Indonesia pemanfataan ICT di
bidang pertanian masih belum begitu populer.
3.
e-AGRIBUSINESS
Agribisnis lazimnya
didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan mulai proses produksi, panen,
pasca panen, pemasaran dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian tersebut (Soekartawi, 2003). Karena peran ICT juga merambah pada
kegiatan pertanian, maka muncullah istilah e-Agriculture dan e-Agribusiness.
Jadi e- Agriculture dan e-Agribusiness pada dasarnya adalah
pemanfaatan ICT dalam bidang pertanian atau bisnis di bidang pertanian. Dengan
kata lain e- Agribusiness adalah e-business di bidang
pertanian. Definisi serupa juga disampaikan oleh Ingale et al. (2007)
E-Agribisnis’ adalah e-Commerce atau e-business di bidang
bisnis pertanian. Lantas apakah itu ‘ebusiness?’ Ditinjau
dari kata ’e’ (elektronika) dan ’business’ (bisnis),
maka pengertian e-business dapat diartikan sebagai kegiatan
bisnis melalui jasa elektronika. Karena kegiatan bisnis itu pada dasarnya adalah
trasaksi barang dan jasa, maka ebusiness adalah transaksi barang dan
jasa dengan menggunakan jasa elektronika. Bila komoditasnya pertanian, maka
sering digunakan istilah e- Agribusiness. Karena perkembangan
teknologi yang begitu besat, maka penggunaan jasa elektronika dalam bisnis juga
berkembang secara pesat. Antara lain, dari teknologi audio dan video ke
teknologi komputer; kemudian kini berkembang menuju teknologi web
atau internet. Pengertian ‘Teknologi Web atau Internet’ dalam
perdagangan sering pula dikenal dengan nama ‘On-line Trading’ atau ‘Web-based
Trading’ (WBT). Cara ini banyak dipakai dalam sistem perdagangan sekarang
ini dengan istilah yang lebih dikenal dengan nama ‘e-commerce’. Dalam Web,
berbagai fasilitas Data Information Technologies (misalnya: bulletin
board, Internet, e-mail, tele-collaboration, chatting) dapat
dimanfaatkan. Kini, sistem perdagangan yang menggunakan piranti lunak (software)
Computer menjadi semakin tersedia, CISCOM, SCORM, ORACLE, EVALUTECH, dsb-nya.
4.
Penerapan
E-commerce Untuk Agribisnis di Indonesia
Menurut Anita (2004) dalam thesisnya di Universitas Indonesia yang berjudul
Pemanfaatan e-commerce dalam meningkatkan usaha agrbisnis : Sebagai alternatif
pemberdayaan Komunitas petani, menunjukkan bahwa pemanfaatan e-commerce untuk
produk agribisnis terutama adalah sebagai media promosi, komunikasi dan
informasi. Pemanfaatan ini sangat berpengaruh pada keefektifan dan keefisienan
proses kerja, jika secara intens dan maksimal dilakukan.
Manfaat yang dirasakan oleh para pelaku bisnis secara langsung dan tidak
langsung memberi pengaruh positif pada komunitas petani yang terkait, terutama
dari semakin luasnya jalur pemasaran pelaku bisnis yang meningkatkan permintaan
produksi dan memacu pengadaan produksi di kalangan komunitas petani, dimana
selalu diharapkan untuk meningkatkan produksi dengan standar kualitas yang
ditentukan.
Menurut Soekartawi
(2006) kegiatan perdagangan (atau transaksi jual-beli) barang dan jasa
pertanian melalui media elektronik efektif, efisien, murah, praktis, alat
promosi yang luas dengan tanpa batas, dan dapat dipakai untuk untuk membangun
loyalitas pelanggan. E-commerce agribisnis merupakan salah satu
diversifikasi pemasaran untuk meningkatkan keuntungan. Disamping itu,
aplikasinya berkembang dengan cepat mengikuti perkembangan global bisnis
pertanian. Sebaliknya, kelemahan dari e commerce Agribisnis adalah tidak semua
pelaku usaha pertanian mempunyai atau terakses fasilitas elektronik dan tidak
semua pelaku usaha mengerti e-commerce Agribisnis karena faktor pendidikan dan
sosial-ekonominya. Untuk itu, pendampingan dari para pelaku usaha professional
sangat diperlukan untuk membantu para pelaku usaha pertanian (petani, peternak,
nelayan) menfasilitasi penerapan e commerce sehingga dapat melakukan penjualan
produk secara langsung.
Upaya pemanfaatan ecommerce, diharapkan dapat memotong
mata rantai distribusi produk pertanan Indonesia, sehingga mampu meningkatkan
daya beli masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Konsepnya
adalah, pemotongan mata rantai akan menurunkan harga pokok penjualan dari sisi
distribusinya. Umumnya bahan makan pokok akan cenderung mengalami perubahan
harga yang signifikan karena berbagai pengaruh. Disisi lain, harga pokok
produksi (HPP) produk pertanian tidak mengalami perubahan yang signifikan,
sehingga para petani sudah mempunya dasar harga yang harus mereka kenakan agar
dapat memporoleh keuntungan.
Diharapkan dengan lahirnya ecommerce produk pertanian,
mampu meningkatkan daya saing produk pertanian lokal Indonesia. Salah satu web
ecommerce produk pertanian yang sudah didirikan yaitu agrowing.co.id. Dengan mengusung semangat meningkatkan daya saing produk lokal dengan
mengurangi mata rantai distribusi produk, agrowing.co.id berupaya secara aktif
untuk meningkatkan konektivitas antar stecholder dibidang pertaian agar mampu
bersinergi sehingga transfer teknologi dari hasil penelitian di
universitas dapat diterapkan pada petani tingkat bawah melalui Dinas Pertanian
setempat. Dan membantu pemasaran hasil produk melalui media online.
5.
Perkembangan
E-commerce dalam bidang Agribisnis
Bisnis e-commerce telah
menjadi bagian penting dari perkembangan internet di Indonesia. Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia memperkirakan transaksi jual beli barang melalui
internet (e-commerce) dari Indonesia akan menembus angka US$ 10,08 miliar.
Rata-rata nilai transaksi belanja online tersebut tumbuh 40 persen setiap tahun (CNN Indonesia, 2014).
Menurut vice chairman
& foreign relation Asosiasi E-Coomerce Indonesia (idEA) Agus Tjandra pada
penandatangan kerja sama e-commerce antara Federasi Teknologi Informasi
Indonesia (FTII) dan Taipei Computer Association (TCA) di Jakarta menyatakan
bahwa total nilai transaksi
e-commerce Indonesia pada 2013 mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 94 triliun dan diprediksi terus meningkat hingga
mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 283 triliun pada 2016.
Bisnis e-commerce
Indonesia juga telah dilirik banyak investor, baik dalam maupun luar negeri.
Beberapa VC (Venture Capital) besar seperti Rocket Internet,
CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke
perusahaan e-commerce yang berbasis di
Indonesia. Beberapa diantaranya adalah raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia,
Bilna, Saqina, VIP
Plaza, Ralali, Elevenia, Bukalapak, agrowing.co.id dan
masih banyak lagi.
Dalam perkembangan lebih
lanjut, maka ecommerce/ e-business ini lebih banyak menggunakan jasa mobile-phone
dan internet. Karena itu banyak sekali dijumpai iklan, penawaran dan
pembelian barang dan jasa melalui internet. Bahkan banyak pula
dijumpai banyak perusahaan yang sudah mempunyai Website sendiri.
Pembahasan soal ini juga pernah disampaikan oleh penulis (Soekartawi,
2006, dan Sudaryanto and Soekartawi, 2006). Untuk alasan praktis,
maka perkembangan teori e-Agribusiness barangkali dapat
dijelaskan:
a.
Kalau kegiatan
bisnis menggunakan jasa informasi elektronik, dinamakan e-Business.
b.
Kalau e-Business
tersebut sebagian besar (>50%) bergerak di bidang pertanian, maka
dinamakan e-Agribusiness.
Kalau disimak lebih lanjut,
maka perkembangan e-Agribusiness juga mengikuti kaidah yang umum dipakai
untuk menjelaskan teori proses adopsi-inovasi, di mana mereka cepat menguasai
informasi, maka mareka itulah yang cepat pula memperoleh kesempatan-kesempatan
terlebih dahulu. Apakah itu kesempatan sosial, ekonomi, politik atau lainnya.
Dengan kata lain makin besar jarak antara mereka yang menguasai dan yang tidak
menguasai informasi (sering dikenal dengan istilah digital divide),
makin kurang menguntungkan bagi tujuan pembangunan. Untuk itu digital divide
ini perlu dipangkas
e-Agribusiness menjadi penting dan banyak dipakai para businessmen bukan
saja untuk produk-produk pertanian tetapi juga produk lain yang berkaitan
dengan pertanian, misalnya bidang jasa pertanian (Soekartawi, 2005a dan b).
5.1
Keunggulan e-Agribusiness
Keunggulan e-Agribusiness antara
lain adalah karena pertimbangan sebagai berikut:
• Mengurangi biaya. Sebagai contoh: Komunikasi
bisnis yang semula dilaksanakan dengan menggunakan telpon jarak jauh, fax dan
surat-menyurat dapat digantikan dengan mengirim e-mail, chatting sehingga
biaya menjadi lebih murah.
• Menghemat waktu. Komunikasi dengan caracara lama
seperti penggunaan telpon, fax dan surat-menyurat tentu memerlukan waktu yang lama.
Maka dengan memanfaatkan internet, apakah itu melalui teknik mengirim e-mail,
teknik chatting, maka waktu dapat dihemat.
• Mengintegrasikan supply chain secara lebih mudah dan
singkat. Dengan memanfaatkan internet, maka betapapun kompleksnya
mekanisme perdagangan (misalnya supply chain), dapat disederhanakan
dengan mekanisme yang tersedia di internet.
• Menjadi ajang promosi yang ‘mendunia’ dengan biaya
yang murah. Dengan
5.2
Manfaat internet
Memanfaatkan internet maka
perusahaan tersebut menampakkan market exposure yang dapat diketahui
oleh masyarakat dunia,
• Merupakan diversifikasi pembentukan keuntungan
perusahaan. Disamping keuntungan yang dihasilkan dari cara-cara lama
yang tidak menggunakan internet, kini ada alternatif baru, yaitu
bisnis dengan memanfaatkan internet yang merupakan revenue stream baru.
• Memperpendek waktu product cycle. Dengan
memanfaatkan internet, maka product cycle menjadi lebih pendek, sehingga
proses berbisnis menjadi lebih banyak, dan pada akhirnya keuntungan juga akan
lebih besar.
• Meningkatkan customer loyality . Dalam bisnis
modern, maka masalah kepuasan pelanggan menjadi acuan. Makin loyal pelanggan,
makin baik bagi perkembangan perusahaan. Pemanfaatan internet, dalam banyak
kenyataan, mampu meningkatkan loyalitas pelanggan ini. Menurut Soekartawi
(2002) dalam bukunya ’Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian:
Teori dan Aplikasinya’ menyatakan bahwa e-Agribusiness itu adalah
suatu alat saja untuk memasarkan produk-produk pertanian melalui keunggulan
internet. Karena merupakan alat, maka e-Agribusiness akan berhasil atau
tidak, amat tergantung dari:
• Koneksi internetnya (apakah komputernya tersambung
dengan internet secara baik dan cepat);
• Kualitas alatnya itu sendiri (software yang
dipergunakan dan tampilan serta kelengkapan informasi yang tersedia); dan
• Bagaimana kualitas orang yang mengaplikasikan alat
tersebut (sangat tergantung dari kepiwaian orang yang
mengoperasikannya).
5.3 Tiga aktor
dalam mekanisme e- Agribusiness
Ada tiga aktor dalam mekanisme e-
Agribusiness ini, yaitu peran produsen, peran konsumen dan peran
media.
a.
Peran Produsen
Produsen
menawarkan produknya melalaui internet. Tentu saja agar promosi
penjualan ini dapat menarik minat konsumen, maka peran penampilan, peran
kelengkapan informasi yang tersedia, peran kemudahan dan juga peran harga
barang menjadi penting.
b.
Peran Konsumen
Sebagai
calon pembeli, konsumen berhak untuk memperoleh informasi yang lengkap,
agar tidak kecewa dikemudian hari. Informasi ini dapat berupa
harga, kualitas, cara pengiriman barang, berapa hari barang dikirim, cara
pembayaran, dan sebagainya.
c.
Peran Media
Penampilan
informasi di media internet harus disusun dan ditampilkan sedemikian
rupa agar menarik perhatian konsumen.
Informasi yang ada di media
bukan saja harus lengkap tetapi juga bisa menimbulkan keinginan calon konsumen
untuk membeli. Disini peran ahli internet, ahli komputasi dan ahli teknologi
informasi menjadi penting. Dalam banyak hal juga tersedia fasilitas ’eshopping’
atau belanja melalui internet. Dalam konteks ini, konsumen yang mau membeli
barang, dapat memilih pembelanjaannya atau barangnya melalui cara yang disebut
dengan ‘shopping cart (SC)’. Dalam SC ini data barang-barang yang
telah dipilih dan akan dibeli dapat disimpan. Berdasarkan data di SC
inilah maka konsumen akan membayar.
Dengan demikian teknik
pembelian di e- Agribusiness ini mirip dengan kalau kita belanja di pasar
swalayan (supermaket). Pembeli mengambil kereta dorong untuk
tempat barang-barang yang akan dibeli. Kalau nantinya sudah dekat dengan
tempat pembayaran atau pada saat pembayaran, kemudian pembeli tidak
jadi membeli, maka barang dikeluarkan dari kereta dorong. Dalam konteks eshopping,
hal ini dilakukan dengan melakukan klik ’cancel’. Begitu
pula dengan cara pembelian melalui internet. Disitu menggunakan apa yang
dikenal dengan istilah ‘shopping cart’, yang biasanya berupa formulir
dalam web, dan dibuat dengan kombinasi CGI (Common Gateway
Interface), database, dan HTML (HyperText Markup Language).
Barang-barang yang sudah
dimasukkan ke ’shopping cart’ masih bisa dikeluarkan dari daftar yang
ada di ’shopping cart’ (atau lazim dinamakan di-cancel),
manakala pembeli berniat untuk membatalkan membeli barang tersebut.
Selanjutnya, bila saja pembeli ingin membayar barang yang akan
dibeli, maka pembeli diharuskan mengisi formulir transaksi pembelian.
Biasanya formulir ini juga dapat dipakai apakah pembeli akan
membayar melalui transfer uang atau melalui kartu kredit. Karena itu di
formulir tersebut ada bagian atau kolom yang menanyakan identitas pembeli
serta nomor kartu kredit. Agar keamanan dapat dijaga dan kartu kredit
tidak disalah-gunakan, maka pelaksana e-Agribusiness senantiasa
menjaga kredibilitas. Misalnya, agar informasi yang tertulis di formulir
pembelian atau pembayaran tersebut tidak disalahgunakan (bila jatuh ke orang
yang tidak bertanggung jawab), maka pihak penyedia jasa e- Agribusiness
lazimnya mengusahakan agar pengiriman data pembelian atau pembayaran
tersebut berjalan secara aman, dengan menggunakan standar keamanan (security)
tertentu. Hal seperti ini memang harus dilakukan. Setelah proses pembayaran
selesai, maka kini tiba gilirannya produsen mengirim barang. Hal ini
5.4
Kelemahan e-Agribusiness
Walaupun
e-Agribusiness mempunyai kelebihan atau keunggulan yang luar biasa,
namun e-Agribusiness juga mempunyai kelemahankelemahan tertentu.
Kelemahan ini, antara lain dapat dituliskan sebagai berikut:
a.
Tidak semua tempat
tersambung dengan fasilitas jaringan internet. Jadi masalah tersedianya
infrastruktur ini menjadi amat penting.
b.
Tidak semua
konsumen dapat melakukan transaksi dengan teknik e-Agribusiness ini. Hal
ini disebabkan mungkin karena ketidak-tahuan dan karena melakukan suatu hal
yang tidak biasa atau tidak lazim.
c.
Tidak semua tempat
tersedia piranti lunak atau software untuk e-Agribusiness ini.
Kalaupun juga ada, sering juga masih mahal. Memang kini sudah mulai banyak
tersedia software software khusus untuk membuat sistem e-Agribusiness ini,
seperti Intershop Online (produk Intershop Communications), Merchant
Server (produk Microsoft Corp), Electronic Commerce Suite (produksi
iCat), dan sebagainya.
d.
Tidak semua orang
mempunyai kartu kredit. Kalau juga mempunyai kartu kredit, kadangkadang banyak
konsumen yang masih ragu, karena pertimbangan keamanan. Khawatir kalau
informasi kartu kredit yang diberikan akan disalah-gunakan pihak lain yang
tidak bertanggung jawab.
e.
Kesulitan yang
disebabkan karena ciri produk pertanian itu sendiri, misalnya sifatnya bulky
(volumenya besar tetapi nilainya kecil), produknya kadang-kadang musiman,
standarisasi antar negara mungkin berbeda, dsbnya.
5.5 Mengatasi Berbagai Kendala dalam e-Agribusiness
Banyak cara untuk mengatasi
berbagai kendala dalam e-Agribusiness. Teknologi sepertinya saling
berlomba, Ada masalah, ada saja bagaimana caranya mengatasi masalah tersebut.
Begitu pula dengan berbagai masalah yang muncul pada e- Agribusiness ini.
a.
Masalah
Pembayaran Kini masalah
pembayaran yang selama ini diragukan konsumen adalah masalah yang berkaitan
dengan apakah ada alternatif pembayaran selain dengan pembayaran melalui kartu
kredit. Ada beberapa alternatif pembayaran, yaitu:
- Mendaftarkan
kartu kredit agar kartu kredit tersebut dikenal terlebih dahulu. Jadi
pihak penjual juga tidak ragu atas kebsahan kartu kredit tersebut.
- Membuat e-cash
di Internet yang biasanya dibuka sendiri oleh pembeli yang biasanya
sering membeli dengan teknik cybershop ini.
- Mempunyai cash
card yang fungsinya hampir sama dengan ATM.
- Menunjuk Bank
tertentu sebagai partner (pembayaran melalui Bank).
b.
Masalah
Keamanan Baik penjual/produsen maupun
konsumen sering pula dikeluhkan dengan masalah keamanan ini. Karena
dalam prakteknya, berbelanja di web memerlukan koneksi ke
internet dan mengetahui bagaimana melakukan browsing untuk
melaksanakan transaksi elektronik yang aman, dan hal-hal seperti
ini tidak atau kurang dipahami. Pada perusahaan besar, mereka
mengandalkan pada Microsoft Internet Explorer dan Netscape Navigator.
Umumnya, baik Microsoft maupun Netscape, bekerja sama dengan
perusahaan kartu kredit (misalnya: Visa atau MasterCard),
dan perusahaan-perusahaan internet security seperti VeriSign.
Mereka lazimnya telah membuat standar khusus yang membuat transaksi melalui web
menjadi sangat aman. Bahkan, Visa dan MasterCard menyediakan
jaminan keamanan 100 persen kepada pengguna kartu kreditnya yang digunakan
untuk cybershop ini.
c.
Tersedianya
e-Agribusiness Tersedianya e-Agribusiness
ini belum banyak di Indonesia. Sekarang yang ada barangkali hanya
RisTI Shop. Risti, yaitu Divisi Riset dan Teknologi Informasi milik
PT. Telkom, menyediakan prototipe layanan e-Business untuk
penyediaan informasi produk peralatan telekomunikasi dan non
telekomunikasi. Web ini juga telah mendukung proses transaksi secara
online.
5.6 Beberapa Kasus Aplikasi e-Agribusiness
e-Agribusiness, walaupun berkembang secara lambat tetapi pasti akan berkembang cepat pada
masa mendatang, ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
·
Banyaknya usaha bisnis komoditas pertanian yang sudah memiliki website
·
Banyaknya promosi permintaan atau penjualan komoditas pertanian yang
diiklankan di internet,
·
Banyaknya trasaksi jual-beli komoditas pertanian melalui internet.
Tabel
1. Beberapa
Contoh Websites untuk Beberapa Bisnis Produk-Produk Pertanian
Komoditas
Pertanian
|
Alamat Websites
|
Bunga/Tanamanhias
|
http://www.tokobungaonline.net,
www.adenium88.indonetwork.co.id,
www.benihkamboja.com,
www.toekangboenga.com,
www.Bonsaikamang,
www.Horties Exotica Nursery,
www.Bonsai Star Gallery,
|
Obat-obatan Tradisional
|
www.morinda-house.com,
www. ObatAlami.com,
www. Pusat Obat Tradisional
|
Sarana Produksi/Umum
|
www. kiospaktani.com,
www.virginnatural.com,
www.kedai-atamimi,
TokoMesin.com
|
Tabel 2. Beberapa Nama Agribusiness Network
Agribusiness
Network
|
Keterangan
|
AFITA
|
Asian Federation of Information
Technology
in Agriculture
|
AGRIS
|
International information system for
agricultural sciences and
technology. Dikoordinasi oleh FAO
sejak 1974.
|
AGORA
|
Access to global online research in
agriculture
(lebih dari 400 jurnal)
|
AIMS
|
Agricultural Information
Management Standards (tukar
menukar berbagai informasi
pertanian).
|
GeoNETWORK
|
Geo-NETWORK provides Internet
access to interactive maps, satellite
imagery and related spatial
databases (untuk pertanian
juga)
|
GIEWS
|
GIEWS (The Global Information
and Early Warning System on Food
and Agriculture provides regular
bulletins on food outlook, food
crops and shortages, food supply
situation and crop prospects,
weather and alerts on a regional or
country-by-country
basis.
|
Daftar Pustaka